Nama: Kiki Rizky Laila Winarto
Nim: 1001132364
Mata Kuliah: Pengantar Ilmu Hubungan Internasional
Kelas: A
Pendahuluan
Seperti yang kita ketahui, secara sederhana pengertian perspektif adalah sudut pandang atau bagaimana cara kita memandang suatu hal. Maka mengenai perspektif dalam hubungan internasional dapatlah kita artikan sebagai sudut pandang yang dipakai untuk memahami fenomena-fenomena atau masalah-masalah dan lain-lain yang termasuk ke dalam ruang lingkup kajian hubungan internasional.
Persperktif dalam hubungan internasional sepanjang abad ini memperlihatkan adanya pengaruh Perang Dunia I, Perang Dunia II dan Perang Dingin. Perspektif ini kemudian lahir dalam konteksnya masing-masing sehingga kita dapat melihat bahwa ada beberapa perspektif yang sudah ketinggalan namun ada juga perspektif yang masih bisa eksis dalam masa Perang Dingin.
Perspektif Idealis
Immanuel Kant, Woodrow Wilson, Betrand Russel, Carter, Clinton, Gorbachev, merupakan tokoh-tokoh perspektif idealis. Menurut sudut pandang paham ini, negara-negara saling bekerja sama dalam berbagai organisasi internasional untuk mencapai berbagai tujuan global dan kemanusiaan.
Para idealis berkeyakinan bahwa :
Pada dasarnya manusia itu baik. Oleh karena itulah manusia mampu saling membantu dan bekerja sama.
Perhatian fundamental manusia terhadap perang memungkinkan terjadinya kemajuan. Pendapat ini seperti keyakinan kaum Pencerahan tentang kemungkinan perbaikan peradaban.
Perilaku buruk manusia adalah produk. Yang jahat itu bukanlah manusia melainkan lembaganya yang buruk serta pengaturan structural yang mendorong manusia untuk berkelakuan egois, merusak, bahkan perang.
Perang dapat dihindarkan dengan cara menghapuskan lembaga yang memotivasinya.
Perang adalah masalah internasional yang memerlukan usaha kolektif atau multilateral dan bukannya usaha nasional saja.
Masyarakat internasional harus mengakui usaha untuk menghapus institusi yang mendorong terjadinya perang.
Mengenai pelaksanaan politik luar negri dalam paham ini bersifat: Multilateralis, internasionalis, liberalis, humanis, legalitas, oralitas, dan demokrasi.
Perspektif Realisme
Perspektif Realisme lahir dari kegagalan membendung Perang Dunia I dan II dan semakin kuat setelah Perang Dunia II, terutama di Amerika Serikat.
Beberapa tokoh yang terkenal dalam perspektif ini ialah Machiavelli, Stalin, Bush, Hegel, Han Morgenthau, Waltz, Kenneth N, Reagen, E. H Carr, dan Thatcher.
Pandangan-pandangan yang menjadi fondasi aliran ini tidaklah sejalan atau bertolak belakang dengan para penganut sudut pandang idealisme. Realisme berkeyakinan bahwa manusia itu jahat, berambisi untuk berkuasa, berperang dan tidak mau kerja sama.
Menurut sudut pandang realisme sifat dasar dalam suatu sistem internasional adalah anarki, kompetitif, konflik, dan kerjasama hanya dibangun untuk kepentingan jangka pendek. Dalam hal ini ketertiban serta kestabilan hubungan internasional hanya akan dicapai melalui distribusi kekuatan.
Perspektif Behavioralis
Perspektif behavioralis atau perilaku sangat mempengaruhi pendekatan terhadap teori dan logika serta metode penelitian dalam hubungan internasional. Behavioralisme dalam hubungan internasional merupakan bagian dari gerakan besar yang menyebar dalam ilmu-ilmu sosial secara umum.
Bevioralisme ini juga sering disebut dengan pendekatan ilmiah. Menurut kaum behavioralis, ilmu adalah aktivitas membuat generalisasi. Oleh sebab itu tujuan penelitian ilmiah adalah menemukan pola-pola perilaku antar negara dan penyebab-penyebabnya.
Bertolak dari perspektif ini sebuah teori hubungan internasional harus berisi pernyataan hubungan antar dua atau lebih variabel, khusus untuk kondisi dimana hubungan berlangsung dan menjelaskan mengapa hubungan itu bisa berlangsung.
Para penganut paham ini juga menekankan perlunya mengumpulkan data mengenai karakteristik negara dan bagaimana berhubungan satu sama lain. Oleh sebab itulah gerakan behavoralis ini diwarani dengan studi kuantitatif hubungan internasional.
Perspektif Strukturalis
Sama halnya dengan realis, strukturalisme menekankan konflik sebagai proses utama dalam hubungan internasional. Dalam strukturalisme, karakter hubungan internasional yang sangat dibentuk oleh struktur perekonomian dunia yang kapitalis atau sistem dunia yang kapitalis. Mengenai politik internasional ditentukan oleh faktor-faktor ekonomi.
Negara, perusahaan multinasional dan transnasional, serta kelas-kelas sosial dan transnasional merupakan aktor utama menurut perspektif strukturalis ini dimana negara lebih mencerminkan kepentingan kelas-kelas dominan dibbandingkan keberadaan ‘kepentingan nasional’ yang murni.
Empat asumsi perspektif strukturalis:
Karakteristik manusia tidak bersifat tetap dan esensial.
Subjek-subjek dapat diklasifikasikan kedalam berbagai kelompok yang dapat diidentifikasi yang mempunyai keepentingan moral.
Mengesampingkan kepercayaan moral dari mereka yang menggunakannya sebagai teori penjelasan.
Tidak memisahkan dengan jelas antara nasional dengan internasional.
Perspektif Pluralis
Ernst Haas, James N. Rosenau merupakan beberapa tokoh dalam perspektif pluralis. Menurut sudut pandang kaum pluralis, hubungan internasional tidak hanya terbatas pada hubungan antara negara saja tetapi juga merupakan hubungan antara individu dan kelompok kepentingan dimana negara tidak selalu berperan menjadi aktor utama dan aktor tunggal. Berikut adalah beberapa asumsi pluralisme:
Aktor non-negara memiliki peran yang sangat penting dalam politik internasional
Negara bukanlah aktor tunggal, sebab aktor selain negara juga memegang peranan yang sangat penting..
Negara bukan aktor rasional.
Berbagai masalah tidak terpaku pada power semata.
Kaum pluralis berpendapat bahwa kesempatan untuk mengkontruksi atau membangun hubungan baik antara unit-unit yang interdependen yakni meliputi pembuatan seperangkat aturan, prosedur, dan institusi yang terasosiasi atau organisasi internasional untuk mengatur interaksi dalam area-area isu adalah hal yang sangat bagus.
Simpulan
Setelah penjelasan di atas dapat diambil beberapa poin penting diantaranya:
Perspektif dalam hubungan internasional maksudnya adalah sudut pandang yang dijadikan pegangan dalam menelaah masalah-masalah atau fenomena-fenomena yang terjadi dalam ruang lingkup kajian hubungan internasional.
Setiap perspektif tentu saja memiliki asumsi yang berbeda namun ada juga kesamaan didalamnya.
Beberapa perspektif di atas sama-sama menyetujui bahwa negara merupakan aktor penting dalam hubungan internasional meskipun ada beberapa yang mengatakan bahwa negara bukanlah aktor utama. Tapi tetap saja negara memegang peran penting.
Seperti menurut pandangan para pluralis yang mengatakan bahwa negara bukanlah aktor tunggal dalam hubungan internasional.
Selain negara, aktor non-negara seperti individu, kelompok kepentingan dan sebagainya juga tidak kalah penting peranannya dalam hubungan internasional.
Referensi
Anak Agung Banyu Perwita dan Yanyan Mochamad Yani, 2005. Pengantar Ilmu Hubungan Internasional. Bandung: PT Remaja Rosdakarya
No comments:
Post a Comment