Nama : Kiki Rizky Laila Winarto
Nim : 1001132364
Mata Kuliah : Pemikiran Politik Timur
Kelas : B
Pendahuluan
Confucius merupakan sesorang yang berpengaruh terhadap sejarah manusia dengan dukungan pembawaan kepribadiannya serta kecerdasannya, pemikiran-pemikirannya dan juga hasil-hasil karyanya. Sama halnya dengan Mo Tzu yang pada awalnya belajar dari penganut Confucianisme. Namun Mo Tzu akhirnya Confucius keluar dari ajaran Confucianisme karena dalam beberapa hal Mo Tzu dan Conficius berbeda pandangan.
Pemikiran Confucius tentang Kebahagiaan Manusia
Confucius lahir di Negara kecil Lu (sekarang disebut Shantung) pada tahun 551 SM. Beliau hidup dalam keserhanaan dan harus menafkahi dirinya sendiri dengan pekerjaan-pekerjaan yang kebanyakan bersifat perbudakan yang membuatnya mengerti akan kesengsaraan yang dialami oleh rakyat sehingga membuatnya prihatin. Confucius merasa bahwa susunan dunia telah rusak sehingga perlu dilakukan perubahan secara besar-besaran.
Selain mengenal kaum rakyat, Confucius juga mengenal kaum ningrat. Ia pernah berkata: “Kiranya sulit untuk mengharapkan sesuatu dari orang-orang yang sepanjang hari menjejali mulutnya dengan makanan, sementara itu sama sekali tidak pernah menggunakan otaknya. Bahkan penjudi sekalipun mengerjakan sesuatu, dan dalam ukuran tersebut ia lebih baik dibanding mereka yang kerjanya hanya duduk ongkang-ongkang.”
Confucius bukanlah seorang yang menganut pasifisme. Baginya ada masa-masa yang mengharuskan digunakannya kekerasan oleh manusia-manusia yang bermoral untuk mencegah mereka serta dunia diperbudak oleh orang-orang yang berpandangan bahwa kekerasan adalah jalan satu-satunya untuk menyelesaikan masalah dan satu-satunya cara pendukung niatan. Ia berkata: “Bila dalam hati saya merasa bersalah, saya niscaya merasa takut walaupun lawan yang saya hadapi adalah adalah orang-orang yang paling lemah. Tetapi jika hatiku sendiri mengatakan saya benar, maka saya akan tetap maju walaupun menghadapi ribuan atau bahnkan puluhan ribu orang.”
Hasil dari pengamatan Confucius yang paling penting mengenai manusia ialah bahwa semua manusia itu sama. Setiap manusia menginginkan kebahagiaan dalam hidupnya walaupun mereka berbeda-beda dalam mendefinisikan kebahagiaan itu. Ia berpendapat bahwa manusia seharusnya sejauh mungkin memperoleh apa yang didambakannya
Kebahagiaan merupakan kebaikan. Setiap orang bekerja untuk kebahagiaan bersama, maka akan didapati suatu keadaan yang memungkinkan untuk menciptakan kebahagiaan dibandingkan dengan keadaan-keadaan lain. Confucius pernah mengeluarkan suatu gagasan mengenai hal ini yaitu: “manusia bajik dalam arti kata yang sebenarnya apabila hendak mengukuhkan kedudukan orang lain, apabila hendak memperoleh hasil, maka akan berusaha membantu orang lain agar orang tersebut memperoleh hasil. Jalan kebajikan sejati ialah menemukan prinsip perilaku terhadap orang-orang lain dalam keinginan hati kita sendiri.”
Pemikiran Mo Tzu tentang Ketertiban dan Perdamaian
Mo Tzu diperkirakan lahir pada tahun 480 SM. Ia lahir di berasal dari keturunan yang relative rendah, sama seperti Confucius.
Awalnya Mo Tzu belajar dari orang-orang yang menyebarkan ajaran-ajaran Confucius. Namun pada akhirnya ia berpendapat bahwa Confucianisme yang diterapkan pada masa hidupnya tidak menyentuh akar kesukaran-kesukaran yang menyebabkan rakyat hidup sengsara.
Namun disisi lain sebenarnya Mo Tzu sependapat dengan Confucius yang menghendaki agar para penguasa turun-temurun menyerahkan penyelenggaraan pemerintahan mereka kepada orang bajik dan cakap.
Selain itu Mo Tzu juga sepaham dengan confucianisme mengenai menyesalkan adanya perang. Menurutnya peperangan untuk meperebutkan Negara-negara kecil oleh Negara-negara besar adalah hal yang sangat buruk.
Menurut Mo Tzu ada cara untuk menangani perang yaitu berusaha untuk menghimbau para penguasa Negara bahwa perang tidak menghasilkan keuntungan. Mo Tzu berpendapat bahwa perang bersifat destruktif bagi si pemenang maupun bagi pihak yang kalah. Dunia tidak dapat dikalahkan dengan pedang melainkan hanya dengan kebajikan, keadilan, dan sikap saling percaya, yang menyebabkan manusia jujur, tulus, patuh dan bekerjasama dengan penguasa dan dengan sesama manusia demi kebaikan bagi semuanya.
Mo Tzu pernah berkata: “Andai kata setiap orang di dunia mengamalkan kasih semesta, sehingga setiap orang mengasihi setiap orang lain sebagaimana ia mengasihi diri sendiri. Apakah dengan cara demikian masih ada yang tidak menjalankan kebaktian anak? Jika setiap orang menghormati bapaknya, kakaknya serta penguasanya seperti halnya ia menghormati dirinya sendiri, maka kepada siapakah ia tidak menjalankan kebaktian? … Secara demikian apakah mungkin ada pencuri serta perampok? Apabila setiap orang memandang rumah orang lain seperti rumahnya sendiri, maka siapakah yang mencuri? … Apakah bangsawan akan saling bersengketa? Apakah Negara-negara akan saling menyerang? … Jika setiap orang mengamalkan kasih semesta…maka dunia akan menikmati perdamaian dan ketertiban.”
Ada dua cara yang disebutkan Mo Tzu untuk menjadikan rakyat mengamalkan kasih semesta yaitu, pertama mereka harus digalakkan serta didorong oleh penguasa untuk mengamalkan kasih semesta. Kedua, mereka harus diberi pengertian bahwa mengamalkan kasih semesta itu sangatlah berguna demi diri mereka sendiri.
Simpulan
· Baik Confucius maupun Mo Tzu, keduanya sama-sama menghendaki kebahagiaan, perdamaian dan ketertiban manusia.
· Confucius sama halnya dengan Mo Tzu yang menyesalkan adanya perang merebutkan Negara-negara kecil oleh Negara-negara besar karena perang adalah hal terburuk.
· Menurut Confucius, kunci untuk mencapai kebahagiaan manusia adalah kebaikan.
· Menurut Mo Tzu, kunci untuk mencapai perdamaian dan ketertiban ialah pengamalan kasih semesta.
Referensi
Creel, H. G. 1989. Chinese Thought from Confucius to Mao tse-Tung. Penerjemah Soejono Soemargono. Alam Pemikiran Cina. Yogyakarta: PT Tiara Wacana