LOVE . LIVE . LAUGH

Friday, July 13, 2012

PENGARUH FILSAFAT SHINTOISME TERHADAP NEGARA

Nama                          : Kiki Rizky Laila Winarto
Nim                             : 1001132364
Mata Kuliah              : Pemikiran Politik Timur
Kelas                           : B
I. Pendahuluan
Shinto sudah seperti tradisi bagi masyarakat jepang yang kemudian berkembang menjadi sebuah agama. Shinto terdiri dari kata “Shin” yang berarti “roh” dan “To” yang merupakan “jalan”. Jadi secara lafdziah memiliki arti “jalannya roh”.
Kemungkinan besar shintoisme  dipengaruhi oleh faham keagamaan dari Tiongkok. Hal tersebut terlihat dari adanya istilah-istilah dalam shintoisme yang berdekatan atau hampir sama dengan istilah-istilah dalam taoisme seperti istilah “To” dalam shintoisme yang berdekatan dengan istilah “Tao” dalam taoisme yang artinya adalah “jalannya dewa” atau “jalannya bumi dan langit”.
Shintoisme ini merupakan filsafat religius yang bersifat tradisional sebagai warisan nenek moyang  bangsa Jepang yang kemudian dijadikan pegangan hidup hingga saat ini. Tidak hanya rakyat Jepang yang harus menaati ajaran shintoisme ini melainkan juga pemerintahnya juga harus menjadi pewaris serta pelaksana agama ajaran ini sehingga shintoisme ini telah mempengaruhi bangasa Jepang dalam berbagai aspek seperti kehidupan sehari-hari dengan negara, aspek politik dan aspek ekonomi.
II. Isi
II.1. Shintoisme dan Negara
Shinto muncul setelah masuknya agama Buddha ke Jepang yaitu pada abad ke-6 masehi yang dimaksudkan untuk menyebut kepercayaan asli bangsa Jepang.  Selama berabad-abad telah terjadi pencampuran yang sedemikian rupa antara shintoisme dan agama budha sehingga shintoisme diselalu disibukkan oleh usaha-usaha untuk mempertahankan kelangsungan eksistensinya.
Pada perkembangan selanjutnya shintoisme dihadapkan pada persaingan dengan buddhisme yaitu antara pendeta bangsa Jepang (shinto) dengan para pendeta agama Buddha sehingga demi kelangsungan shintoisme maka dimasukkanlah unsur-unsur buddhisme ke dalam sistem keagamaan mereka. Namun akibatnya shintoisme justru kehilangan originalitasnya.
Pada tahun 1868 agama shinto diplokamirkan sebagai agama negara. Pada saat itu agama shinto mempunyai sepuluh sekte dan 21 juta pemeluk. Maka sejak saat itu pulalah dapat dikatakan bahwa shintoisme merupakan ajaran yang mengandung politik religius bagi Jepang sebab sejak itu taat kepada shintoisme berarti taat pula kepada kaisar dan negara serta politik negara.
II.2. Shintoisme dan Ekonomi
Jepang merupakan negara yang cerdas dalam memadukan antara modern dengan tradisional secara harmonis. Ini dapat dilihat dari sikap negara ini yang tidak hanya mengutamakan kemajuan teknologi, namun juga mengutamakan keunikan budaya yang tak akan tenggelam di tengah arus modernisasi.
Budaya Jepang dalam banyak hal berlandaskan pada semangat Confuciansime dan Shintoisme yang menjadi corak kehidupan sosial dan etos bisnis.
Setelah menelan kekalahan dalam Perang Dunia II pada abad ke-20, Jepang mulai mengadopsi teknologi barat dan menggenjot industry dalam negerinya. Sejak saat itu, Jepang mengalami pertumbuhan ekonomi yang cepat dan menjadi salah satu negara pengekspor paling sukses di dunia. Selian itu kini Jepang merupakan negara industry yang terkemuka dengan iklim bisnis dan pasar terbuka yang ramah investasi dan perdagangan asing.
Meskipun Jepang mengalami proses modernisasi yang sangat cepat, namun itu tidak membuat kebudayaan tradisionalnya memudar sebab pola pola budaya dan tradisinya masing sangat kental mewarnai praktek dan hubungan bisnis.
II.3. Konsep Shingaku
Shingaku adalah gerakan yang didirikan oleh Ishida Baigan yaitu sejak tahun 1729 dengan menggantugkan papan namanya kemudian melakukan ceramah umumnya yang pertama pada saat itu. Konsep Shingaku mengutamakan kejujuran dalam berdagang.
Jepang merupakan memiliki masyarakat yang paling efektif di seluruh dunia. Hal tersebut dilihat dengan jelas bahwa negara Jepang memiliki birokrat yang sangat terlatih, berdedikasi tinggi, dan efisien yang terwujud pada Kementerian Perdagangan Internasional dan industri Jepang yang dapat dengan cermat mengatur ekonomi sehingga tanggap terhadap perubahan pasar internasional.
Semua kelebihan yang dimiliki oleh Jepang ini sangat berguna untuk memperluas pangsa pasar. Sebab, tujuan utama masyarakat Jepang dalam perekonomian bukanlah semata-mata untuk mencari keuntungan melainkan untuk mendapatkan pangsa pasar yang lebih luas dan hal ini akan membuat mereka puas.
III. Simpulan
Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa Shintoisme memegang peran penting dalam negara Jepang baik itu dalam aspek politik maupun dalam aspek perekonomian. Apalagi shinto telah diplokamirkan sebagai agama negara. Bahkan ketaatan pada shintoisme, diartikan juga sebagai  ketaatan kepada kaisar dan negara. Ini jelas membuktikan bahwa shintoism benar-benar berpengaruh bagi negara.
Selain itu masyarakat Jepang dalam aspek Ekonomi sangat mengutamakan kejujuran. Hal ini adalah berdasarkan konsep Shingaku. Masyarakat Jepang ini melakukan kegiatan-kegiatan ekonomi tidaklah mengutamakan keuntungan yang besar melainkan memperluas pangsa pasar. Meluasnya pangsa pasar inilah yang dapat membuat mereka merasa puas. Jadi keuntungan yang didapat bukanlah segalanya.
Referensi
Robert N., Bellah, 1992. Religi Tokugawa Akar-akar Budaya Jepang. Jakarta: Karti Sarana dan PT. Gramedia Pustaka Utama
Noerhayati. 20 Agustus 2009. Agama Shinto (Sejarah dan Ajarannya). http://noerhayati.wordpress.com/20/08/09/24/agama-shinto-sejarah-dan-ajarannya/ (diakses pada 01 November 2011 pukul 19:35)

No comments:

Post a Comment