I.
Pendahuluan
Politik
dalam Islam menjurus kegiatan ummah kepada usaha untuk mendukung dan
melaksanakan syariat bertujuan untuk menyimpulkan segala sudut Islam yang
syumul melalui satu institusi yang mempunyai sahsiah untuk menerajui dan
melaksanakan undang-undang. Politik
Islam tidak bisa dilepaskan dari sejarah Islam yang multiinterpretatif. Pada
sisi lain, hampir setiap Muslim percaya akan pentingnya prinsip-prinsip Islam
dalam kehidupan politik. Pada saat yang sama, karena sifat Islam yang
multiinterpretatif itu, tidak pernah ada pandangan tunggal mengenai bagaimana
seharusnya Islam dan politik dikaitkan secara pas. Politik yang adil bagi setiap umat dimaksudkan sebagai
pengaturan urusan negara dalam menerapkan sistem dan peraturan yang menjamin
keamanan bagi individu dan golongan serta untuk merealisasikan kemaslahatan
Islam. Dasar-dasar Islam dijadikan acuan sistem keadilan untuk merealisasikan
kemaslahatan manusia disetiap zaman dan tempat. Hal itu merupakan bukti dari
Al-Quran dan Al-Hadis, yang menjadi dasar dan sumber utama Islam, meskipun
Al-Quran tidak menjelaskan sistem tersebut secara rinci, tetapi menetapkan
dasar-dasar dan kaidah-kaidah kulliyah tentang sistem pengaturan urusan umat
dalam tatanegara Islam atau pemerintahan.
II.
Isi
II.1. Sumber Ajaran politik Islam
Filsafat politik
Islam
berakar dari sumber Islam tentunya ,
yaitu Al-Qur'an dan Sunnah , serta kata-kata
dan praktek Muhammad SAW. Namun, dalam pemikiran Barat, umumnya menganggap
bahwa itu adalah wilayah tertentu yang khas hanya untuk para filsuf besar Islam
seperti Al-Kindi (Alkindus), al-Farabi (Abunaser), Ibnu Sina (Avicenna), Ibnu Bajjah (Avempace ), Ibnu Rusyd (Averroes), dan
Ibnu Khaldun. Konsepsi
politik Islam seperti kudrah (daya), Sultan , ummat , cemaa
(kewajiban) dan bahkan "inti" istilah Al Qur'an, yaitu ibadah , din (agama),
rab dan ilah merupakan dasar
analisis. Oleh karena itu, tidak hanya ide-ide dari filsuf politik Islam tetapi
juga banyak ahli hukum dan ulama yang
menyumbangkan pemikiran-pemikiran politik dan teori.
Mengenai
landasan normatif politik Islam bisa berkaca kepada pelaku Sejarah
politik/politikus masa lampau yang tertuang dalam kisah-kisah Al-Qur’an.
Misalnya: Pemberian kerajaan yang besar kepada keluarga Ibrahim, pengangkatan
Thalut sebagi raja, pemberian hikmah dan kerajaan kepada Daud, anugerah
kerajaan kepada Dzulqarnain dan memperoleh jalan untuk mencapai segala sesuatu,
ratu Balqis sebagai raja yang adil dan egaliter, anugerah berupa kepemimpinan
orang-orang mesir yang tertindasJuga ada contoh perilaku politik yang tercela.
Misalnya Celaan kepada raja yang dzalim, Fir’aun seorang pemimpin yang tiran
dan memecah belah umat. Dengan demikian teks (al-Qur’an dan hadith) dalam
memberikan petujuk dan landasan berpolitik tidak hanya sebatas pada sedeteran
teori-teori, tetapi juga memberikan gambaran masa lalu sebagi ibrah berupa
sejarah yang otentisitas dan kevaliditasannya laraibafiih (tidak diragukan sama
sekali). Sistem politik Islam bertujuan untuk
membangunkan sebuah sistem pemerintahan dan kenegaraan yang tegak di atas dasar
untuk melaksanakan seluruh hukum syariat Islam. Tujuan utamanya ialah
menegakkan sebuah negara Islam atau Darul Islam. Dengan adanya
pemerintahan yang mendukung syariat, maka akan tertegaklah Ad-Din dan
berterusanlah segala urusan manusia menurut tuntutan-tuntutan Ad-Din tersebut.
II.2. Dasar-dasar politik Islam
1. Hakimiyyah Ilahiyyah
Hakimiyyah atau memberikan kuasa pengadilan dan kedaulatan
hukum tertinggi dalam sistem politik Islam hanyalah hak mutlak Allah.
Hakimiyyah Ilahiyyah membawa pengertian-pengertian berikut:
v
Bahawasanya Allah Pemelihara alam
semesta yang pada hakikatnya adalah Tuhan yang menjadi pemelihara manusia, dan
tidak ada jalan lain bagi manusia kecuali patuh dan tunduk kepada sifat
IlahiyagNya Yang Maha Esa
v
Bahawasanya hak untuk menghakimi dan
meng adili tidak dimiliki oleh sesiap kecuali Allah
v
Bahawasanya hanya Allah sahajalah
yang memiliki hak mengeluarkan hukum sebab Dialah satu-satuNya Pencipta
v
Bahawasanya hanya Allah sahaja yang
memiliki hak mengeluarkan peraturan-peraturan sebab Dialah satu-satuNya Pemilik
v
Bahawasanya hukum Allah adalah suatu
yang benar sebab hanya Dia sahaja yang Mengetahui hakikat segala sesuatu dan di
tanganNyalah sahaja penentuan hidayah dan penentuan jalan yang selamat dan
lurus.
2. Risalah
Risalah bererti bahawa kerasulan beberapa orang lelaki di
kalangan manusia sejak Nabi Adam hingga kepada Nabi Muhammad s.a.w adalah suatu
asas yang penting dalam sistem politik Islam. Melalui landasan risalah inilah
maka para rasul mewakili kekuasaan tertinggi Allah dalam bidang perundangan
dalam kehidupan manusia. Para rasul meyampaikan, mentafsir dan menterjemahkan
segala wahyu Allah dengan ucapan dan perbuatan.
Dalam sistem politik Islam, Allah telah memerintahkan agar
manusia menerima segala perintah dan larangan Rasulullah s.a.w. Manusia
diwajibkan tunduk kepada perintah-oerintah Rasulullah s.a.w dan tidak mengambil
selain daripada Rasulullah s.a.w untuk menjadi hakim dalam segala perselisihan
yang terjadi di antara mereka. Firman Allah:
Apa saja harta rampasan (fai-i) yang diberikan Allah kepada
Rasul-Nya yang berasal dari penduduk kota-kota maka adalah untuk Allah, Rasul,
kerabat Rasul, anak-anak yatim, orang-orang miskin dan orang-orang yang dalam
perjalanan, supaya harta itu jangan hanya beredar di antara orang-orang kaya
saja di antara kamu. Apa yang diberikan Rasul kepadamu maka terimalah dia. Dan
apa yang dilarangnya bagimu maka tinggalkanlah; dan bertakwalah kepada Allah.
Sesungguhnya Allah sangat keras hukuman-Nya. (Al-Hasyr:
7)
3. Khilafah
Khilafah artinya perwakilan. Kedudukan manusia di atas muka
bumi ini adalah sebagai wakil Allah. Oleh itu, dengan kekuasaan yang telah
diamanahkan ini, maka manusia hendaklah melaksanakan undang-undang Allah dalam
batas yang ditetapkan. Di atas landasan ini, maka manusia bukanlah penguasa
atau pemilik tetapi hanyalah khalifah atau wakil Allah yang menjadi
Pemilik yang sebenar. Seseorang khalifah hanya menjadi khalifah yang sah selama
mana ia benar-benar mengikuti hukum-hukum Allah. Ia menuntun agar tugas
khalifah dipegang oleh orang-orang yang memenuhi syarat-syarat berikut:
v
Terdiri daripada orang-orang yang
benar-benar boleh menerima dan mendukung prinsip=prinsip tanggngjawab yang
terangkum dalam pengertian kkhilafah
v
Tidak terdiri daripada orang-orang
zalim, fasiq, fajir dan lalai terhadap Allah serta bertindak melanggar
batas-batas yang ditetapkan olehNya
v
Terdiri daripada orang-orang yang
berilmu, berakal sihat, memiliki kecerdasan, kearifan serta kemampuan intelek
dan fizikal
v
Terdiri daripada orang-orang yang
amanah sehingga dapt dipikulkan tanggungjawab kepada mereka dengan yakin
dan tanpa keraguan
III.
Simpulan
Berdasarkan
pemaparan di atas dapat disimpulkan bahwa adanya
sistem politik Islam tidak lain adalah untuk membangun sebuah sistem pemerintah
dan kenegaraan yang tegak di atas dasar untuk melakasanakan seluruh hukum
syari’at Islam. Sistem politik Islam merupakan sistem politik yang khas dan
diyakini merupakan sistem politik yang unggul. Sistem politik Islam lahir dari pemahaman atau penafsiran
seseorang terhadap al-Quran berdasarkan kondisi kesejarahan dan konteks
persoalan masyarakat para pemikir politik. Hal tersebut dengan dapat
dijumpainya pemikiran politik yang telah muncul sejak zaman Rasulullah saw. dan
kemudian dikembangkan hingga masa sekarang tentang proses pembentukan negara,
unsur-unsur dan sendi-sendi negara, eksistensi lembaga pemerintahan,
pengangkatan kepala negara, syarat-syarat menjadi kepala negara, tujuan dan
tugas pemerintahan, pemberhentian kepala negara, sumber kekuasaan dan bentuk
pemerintahan.
Referensi
Black,Antony.
2001. pemikiran Politik Islam. Jakarta: Serambi
Rais, Dhiauddin. 2001.Teori
Politik Islam. Gema Insani Press: Jakarta
No comments:
Post a Comment